Senin, 13 Februari 2006

Kukang : Pemalas Bermata Lebar




Selain binatang hantu primitif, satu - satunya  kelompok  besar prosimia yang masih bertahan di luar madagaskar dan di kepulauan samudera Indonesia bagian barat adalah  kukang  ( Nycticebus Caucang) / lorisoid. Berkat penyesuaiannya pada kehidupan yang mirip kehidupan loris Amerika Selatan, kukang/loris telah mengisi relung kosong di samping kerabatnya yang lebih efektif dan pintar yaitu monyet dan kera.
Menurut  Supriatna ,  2 0 0 7 , menjelaskan bahwa binatang yang bergerak lamban, penyendiri dan petidur  ini ,  sebagian  besar makanannya adalah memakan buah- buahan berserat sekitar 50 %. Selain itu kukang juga makan berbagai jenis binatang sekitar 30 % seperti serangga, moluska, kadal, kadang-kadang memakan juga telur burung dan getah 10 %. Sesuai dengan kelambanannya, laju metabolismenya juga rendah, sehingga di daerah tropis binatang tersebut akan mati kedinginan bila rambut tebalnya hilang. Meski dikenal primata yang bergerak lamban dan pemalu, kukang dapat bergerak cepat ketika mengejar mangsanya. Kukang tidak selalu berjalan dengan badan terbalik dan menggantung pada cakarnya yang seperti kait, kukang dapat bergerak di atas dahan ataupun di bawahnya (Eimrel & DeVore, 1978).
Kukang mengembangkan ibu jarinya untuk bergelantungan di cabang pohon. Genggamannya y a n g  k u a t  m e m b u a t  m e r e k a kesulitan untuk berpindah antar c a b a n g  p o h o n  s e h i n g g a pergerakannya menjadi lamban. Kukang dapat menghasilkan toksin (racun) yang dicampur dengan ludahnya, toksin tersebut digunakan sebagai perlindungan untuk melawan musuh. Toksin ini dihasilkan oleh kelenjar di bagian dalam siku mereka. Prosesnya saat jilatan atau hisapan terjadi di dalam mulut maka kelenjar tersebut akan mengi r imkan  r a cunnya .  Induk k u k a n g  a k a n  m e n j i l a t  b a d a n anaknya dengan cairan toksin sebelum meninggalkannya untuk mencari makan.
H e w a n  i n i  m e m i l i k i karakteristik rambut yang tumbuh sangat lebat dan halus. Warna rambut sangat bervariasi, mulai dari k e l a b u  k  e p u t i h a n ,  k  e c o k l a t a n hingga kehitam-hitaman. Pada pungggung terdapat garis coklat melintang dari bagian belakang tubuh hingga dahi. Garis coklat tersebut, bercabang ke dasar telinga dan mata. Pada bagian rambut coklat ini berbentuk bundar atau oval hingga menyerupai kacamata.
Panjang tubuh termasuk kepala sekitar 190-275 mm untuk betina dewasa dan jantan sekitar 300-380 mm. Berat tubuh jantan dan betina dewasa antara 375-900 gram.
Habitat
Kukang dapat hidup di hutan primer dan sekunder, hutan bamboo serta hutan bakau. Di Indonesia, satwa  ini  tersebar dan dapat ditemukan di Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Kukang ini tersebar cukup luas, mulai dari semenanjung Malaya, Sumatera dan pulau disekitarnya, K a l i m a n t a n  h i n g g a  k e  p u l a u Natuna. Satwa ini ditemui hingga pada ketinggian 1.300 meter dpl di Gunung Kinabalu, Sabah Malaysia.
Kukang memiliki beberapa sub jenis  antara  lain  Nycticebus caucang  caucang,  tersebar  di s e m e n a n j u n g  M a l a y a  h  i n g g a penyempitan Kra, dan Sumatera s a m p a i  Pulau  Natuna . Nycticebuscaucang managensis, terbatas di Kalimantan, Bangka Belitung dan Tawi.
Perilaku Sosial
Kesenangannya bergelantungan menjadikan mereka termasuk hewan arboreal, hewan yang lebih banyak beraktifitas di atas pohon dan jarang turun ke tanah.
Kehidupan sosialnya sangat sedikit sekali diketahui oleh berbagai penelitian yang sudah dilakukan.
Namun be b e r a p a pe n e l i t i menjumpai bahwa hewan mungil ini umumnya hidup sendiri (soliter) atau membentuk pasangan (monogamous).
Pergerakan kukang sangat lamban dengan mengunakan keempat anggota tubuhnya (quadropedal) kadang-kadang mereka menggantung saat akan pindah kedahan di depannya. Pada saat bergerak di malam hari, kukang jantan akan menandai dengan air kencingnya pada pohon-pohon yang dilalui untuk menegaskan daerah teritorial atau daerah kekuasaannya.
Mereka aktif pada malam hari (nocturnal) dan hidup di pohon (arboreal). Pada siang hari tidur pada percabangan pohon, atau kadang-kadang di rumpun bambu dan tidak membuat sarang. Cara tidurnya dengan melingkar dan kepalanya tersembunyi di antara kedua kakinya.
Masa hamil hewan ini kurang lebih 190 hari. Kukang yang baru lahir akan terus melingkar diperut
ayah atau ibunya. Setelah berumur cukup, maka anaknya akan diletakkan di atas cabang pohon saat orang tuanya mencari makan. Jarak kelahiran kukang betina antara 17 - 20 bulan. Primata unik ini dapat bertahan hidup hingga 20 tahun.
Suara desisan (mendesis) sering dikeluarkan bila merasa terganggu, rutinitas ini dilakukan baik oleh kukang jantan maupun juga betina. Pada bayi, suara ini sedikit perlahan dan terdengar pada saat mereka ingin menyusui. Suara panggilan juga kadangkadang keluar saat terjadi sesuatu. Pada musim kawin tiba, betina mengeluarkan lengkingan yang cukup keras.
Status konservasi
Selama ini belum ada data yang dapat menyebutkan dengan pasti jumlah kukang di habitat aslinya.
Yang jelas, satwa mungil ini banyak beredar di pasar satwa yang dikenal sebagai binatang peliharaan. Di beberapa daerah dibunuh untuk dijadikan sebagai obat tradisioanl. Pemerintah sudah melakukan upaya penyelamatan berdasarkan keputusan Menteri Pertanian,14 Februari 1973, No. 66/Kpts/Um/2/1973,Menteri Kehutanan 10 Juni 1991, no. 301/Kpts/II/1991 dan UU No.5 1990. IUCN menggolongkan jenis ini dalam kategori vulnerable (rentan) dan CITES memasukkan ke dalamAppendix II
(Hendras & Supriatna, 2007)

Label: