Senin, 27 Februari 2006

Peluang Usaha Ternak Ayam Cemani



Ayam Cemani adalah ayam lokal asli yang berasal dari Kedu, Temanggung Jawa Tengah. Cemani berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya berwarna hitam. Memang inilah ciri utama yang dimiliki dari binatang unggas ini. Hampir semua bagian dari tubuhnya berwarna hitam. Mulai dari bulu, paruh, kaki, jengger dan darahnya semuanya gelap. Bahkan yang kwalitasnya paling unggul, warna tulangnya dan kotorannya juga hitam.

Sejarah Ayam Cemani
Ada beberapa versi tentang sejarah ayam cemani. Namun yang pasti asalnya dari daerah Kedu Jawa Tengah. Namanya mulai sering disebut ketika muncul dalam suatu acara lomba satwa di kota Semarang pada tahun 1926.

Pemilik ayam, Tjokromiharjo adalah seorang lurah di sebuah desa di Magelang. Pada waktu itu Magelang termasuk bagian dari Karesidenan Kedu. Oleh panitia lomba ayam itu diberi nama ayam kalikuto, sesuai dengan nama desa dimana Tjokromiharjo menjadi lurah. Namun Tjokromiharjo lebih suka memberinya dengan sebutan ayam kedu.

Dalam perkembangannya, ayam kedu terus berkembang biak. Tapi beberapa diantara keturuannya tidak memiliki warna yang hitam legam lagi, lebih varian. Selanjutnya yang masih mempunyai warna yang sama dengan induknya disebut dengan ayam cemani.

Menjadi Peluang Usaha
Kebanyakan orang memelihara ayam cemani hanya untuk koleksi saja. Bukan untuk peternakan yang diambil dagingnya. Meskipun rasa dagingnya sama, namun banyak yang tidak suka makan daging ayam yang berwarna hitam.

Memang bagusnya ayam cemani dijadikan hiasan atau koleksi saja. Warnanya terkesan angker dan magis. Terutama yang berjenis kelamin jantan. Suaranya lebih nyaring dibanding dengan ayam biasa ketika sedang berkokok. Menimbulkan suasana kegagahan dan kewibawaan.

Untuk masalah harga, ayam cemani yang biasa harganya berkisar 750 ribu. Sedangkan yang masih muda bisa dijual dengan nilai 500 ribu. Yang kwalitas unggul atau prima, harganya bisa mencapai puluhan juta. Apalagi bila berhasil menjadi juara dalam suatu kontes atau perlombaan. Harganya bisa menjulang menjadi puluhan bahkan ratusan juta.

Karena tingginya tingkat permintaan, maka tidak mengherankan bila banyak yang memanfaatkan fenomena ini sebagai peluang usaha baru. Terutama bagi masyarakat daerah Kedu sendiri. Mereka mulai mengembangkan usaha peternakan ayam cemani dengan lebih serius, tidak sekadar usaha sampingan saja. Bila terus ditekuni, usaha ternak ini diyakini akan menghasilkan keuntungan yang tinggi pula.

Teknik Beternak Ayam Cemani
Beternak ayam cemani sebenarnya tidak jauh berbeda dengan beternak ayam biasa. Peternak tidak perlu menggunakan teknologi yang terlalu modern. Ayam jenis ini malah lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Pakan utama yang diperlukan juga cukup mudah didapatkan. Peternak bisa menggunakan sisa-sisa hasil pertanian seperti dedak padi, jagung giling, menir, gabah dan sebagainya. Yang perlu diperhatikan adalah pengetahuan nilai gizi dari makanan tersebut serta harus disesuaikan dengan umur dari ayam cemani yang diternak.

Sedangkan, untuk tempat pemeliharaan bisa menggunakan kandang berlantai kawat atau memakai bambu. Bisa juga di lantai tanah biasa atau lantai semen yang diberi serbuk gergaji secukupnya. Ukurannya disesuaikan dengan besar dan jumlah ayam yang dipelihara. Untuk ayam cemani ukuran dewasa, setiap satu meter persegi maksimal empat ekor saja.

Yang perlu diperhatikan, kandang ayam tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung. Ventilasinya juga harus cukup untuk keluar masuk udara, sehingga ayam cemani bisa terus bernafas dengan lega. Selain itu kebersihan kandang juga harus selalu dijaga, agar tidak menimbulkan penyakit.

Meski sistem pemeliharaannya masih menggunakan pola tradisional, namun bila manajemennya menggunakan sistem agribisnis secara utuh dan modern, dipastikan akan mendatangkan keuntungan yang maksimal.

Sumber : http://www.anneahira.com/ayam-cemani.htm
Gambar : http://globalpasar.indonetwork.co.id/2378072/jual-ayam-cemani.htm


www.blogger-kawunganten.blogspot.com

Label:



Selasa, 21 Februari 2006

Ayam kedu ayam cemani, ayam aseli wong Temanggung



Kalau suatu ketika Anda melintas di wilayah Temanggung, terutama dari arah Temanggung ke Parakan, atau sebaliknya, Anda akan menjumpai banyak ayam dikurung di pinggir jalan untuk dijual kepada para pelancong. Ya, kalau sampai di daerah itu, itulah wilayah Kedu.

Kedu adalah sebuah kota kecamatan di Temanggung yang pada jaman Belanda sampai era awal Orde Baru diambil namanya sebagai salah satu karesidenan dengan wilayah Kabupaten Temanggung, Kabupaten Magelang, Kota Madia Magelang, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Kebumen. Ya itulah wilayah eks Karesidenan Kedua saat ini.

Kembali ke masalah ayam, maka ayam kedu merupakan jenis ayam lokal yang mempunyai karakteristik dan keunggulan tersendiri dibandingkan ayam lokal lainnya. Ayam kedu ini sesuai namanya memang berasal dari daerah Kedua dan sekitarnya.

Jenis ayam kedu
Jenis ayam kedu ada tiga macam, yaitu: kedu putih, kedu hitam (atau sering disebut dengan ayam cemani) dan campuran. Ketiga jenis ayam kedu tersebut dibedakan berdasarkan warna bulunya.
Ayam Kedu putih populasinya sangat sedikit sedangkan ayam Kedu warna (campuran) populasinya sudah tidak terkontrol karena sudah bercampur dengan ayam lokal lainnya.

Ayam kedu hitam populasinya tidak diketahui secara pasti. Ayam kedu Hitam yang seluruh tubuhnya berwarna hitam lebih dikenal sebagai ayam ‘CEMANI’, warna hitam pada seluruh ayam selain bulu juga menyebar mulai dari jengger, kulit muka, mata, paruh, kaki, cakar, kuku sampai ke rongga mulut dan lubang dubur (cloaca).

Perbedaan antara ayam kedu Hitam dan ayam Cemani adalah pada ayam kedu Hitam sebaran warna hitam hanya pada bulunya saja, sedangkan pada ayam Cemani sebaran warna hitam menyebar keseluruh tubuh.

Jadi ayam Cemani merupakan ayam kedu hitam tetapi ayam kedu hitam belum tentu ayam Cemani. Diduga yam cemani ini didapat dari hasil perkawinan antar keluarga yang dekat hubungan kerabatnya dari beberapa generasi diikuti dengan seleksi kearah ayam yang berwarna hitam.

SEJARAH AYAM KEDU
Asal usul ayam kedu hitam sampai saat ini belum dapat diketahui dengan pasti. Banyak versi yang beredar di masyarakat di antaranya versi MAKUKUHAN dan versi TJOKROMIHARJO. Sebagaimana dilansir www.temanggungkab.co.id, versi MAKUKUHAN mengatakan bahwa ayam kedu ini pada berakhirnya kerajaan Majapahit dibawa ke kerajaan Demak oleh Ki Ageng Makukuhan, berkembang sampai ke daerah Kedu. Versi ini sudah melegenda di desa dan sekitarnya. Versi lain diperkenalkan oleh seorang masyarakat dari Desa Kalikuto Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang bernama Tjokromiharjo. Tokoh ini merupakan Kepala Desa Kalikuto yang mencurahkan perhatiannya di bidang peternakan.

Dilaporkan oleh majalah Minggu Pagi tanggal 7 Juni 1959, bahwa Pak Tjokro mendapat pengetahuan peternakan dari kursus-kursus yang diadakan oleh Dr. DOUWES DEKKER pada tahun 1919 di Bandung dan hasil korespondensinya dengan ahli perunggasan dari Colorado bernama Mr. Schelter.

Versi pak Tjokro menceritakan bahwa ayam kedu asalnya bukan dari daerah Kedu. Ayam kedu merupakan hasil persilangan dari beberapa generasi ayam dari Inggris yang dibawa oleh RAFLES dengan ayam lokal dari daerah Dieng, Jawa Tengah.

Jenis ayam yang dibawa oleh Rafles tersebut diperkirakan ayam DORKING dan hasil keturunan dari hasil perkawinan tersebut menyebar sampai ke daerah Kedu dan sekitarnya.

Nama ayam kedu muncul pada tahun 1926, sebelumnya nama ayam kedu adalah ayam hitam. Nama ayam hitam dikenal pada tahun 1924, pada waktu itu Pak Tjokro mengikutkan ayam hitamnya di Pekan Raya Surabaya dan mendapat hadiah utama. Pada tahun 1926 ayam hitam Pak Tjokro diikutkan lagi di Pekan Raya Semarang dan mendapat juara lagi.

Karena banyak ayam hitam yang ikut pada lomba tersebut untuk membedakan ayam Pak Tjokro diberikan nama ayam hitam kedu sesuai daerah asal Pak Tjokro yaitu Karisidenan Kedu. Nama ayam hitam kedu disingkat menjadi ayam kedu.

Sampailah saat ini ayam kedu dikenal sebagai salah satu kelompok ayam dari berbagai ternak unggas di Indonesia yang hidup dan berkembang di dalam wilayah Kedu Kabupaten Temanggung.

Warna bulu ayam kedu sangat bervariasi dari putih, blorok, wido, abu, merah dan hitam namun terdapat kecenderungan peternak untuk mengembangkan hanya yang berwarna hitam polos atau hitam dengan sedikit warna merah tua didaerah leher dan punggung.

Ayam kedu termasuk dalam tipe dwiguna, yaitu ayam yang dapat diambil manfaatnya berupa daging dan telurnya, bahkan kadang-kadang untuk hobi (biasanya ayam kedu hitam / cemani).

Permasalahan yang dihadapi dalam perkembangan ternak ayam kedu adalah rendahnya produktivitas ayam kedu, sebagai akibat dari pengelolaan yang masih tradisional, sehingga upaya yang dilakukan adalah mengubah pengembangan ayam kedu dari pola tradisional menjadi berwawasan agribisnis.

Untuk itu ada beberapa faktor pendukung yang perlu diperbaiki, yaitu mulai dari pengelolaan sarana produksi, teknologi yang tepat guna, dukungan permodalan, pasar serta peternak yang berwawasan bisnis.

Ada berbagai alasan yang mendorong masyarakat untuk membudidayakan ayam kedu, antara lain karena ayam kedu cepat berkembang baik, daging dan telurnya banyak disenangi konsumen sehingga tidak mengalami kesulitan dalam pemasarannya walaupun harganya relatif lebih mahal dari jenis unggas lain.

Manfaat langsung yang dapat diperoleh masyarakat petani dari usaha peternakan ayam kedu adalah 1) Dengan penjualan produknya (telur atau daging) akan diperoleh uang tunai yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari; 2) Dengan mengkonsumsi telur dan daging ayam lebih sering, maka pemenuhan gizi protein hewani menjadi meningkat dimana hal ini akan berpengaruh langsung pada kesehatan, kekuatan, pertumbuhan serta kecerdasan terutama pada anak-anak.

Secara teknis, pengelolaan ayam kedu tidak terlalu menuntut penggunaan teknologi mutakhir, karena ayam kedu memiliki kelebihan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, pakan mudah dan dapat memanfaatkan sisa-sisa hasil pertanian atau sisa-sisa dapur serta lebih tahan terhadap penyakit.

Dari sifat yang dimiliki dan peluang bisnis yang tinggi, maka ayam kedu sangat berpeluang untuk dikembangkan secara komersial. Upaya pengembangan ayam kedu perlu terus dilakukan dengan penerapan teknologi SAPTA USAHA (bibit, kandang, pakan, kesehatan, pengelolaan reproduksi, penanganan pasca panen dan manajemen).

Sistem pemeliharaan ayam kedu dari pola tradisional menjadi berorientasi bisnis (pasar) harus melalui pendekatan sistem agribisnis secara utuh.

CIRI AYAM KEDU
* Bentuk kepala bulat
* Pial berwarna hitam atau merah
* Mata hitam seperti bola,
* Kaki pendek , leher pendek
* Kulit putih sampai hitam
* Bentuk badan besar kompak seperti ketupat

Sumber : http://agroburung.com/2009/08/03/ayam-kedu-ayam-cemani-ayam-aseli-wong-temanggung/


www.blogger-kawunganten.blogspot.com

Label:



Jumat, 17 Februari 2006

Peluang Usaha Budidaya Ayam Cemani



Ayam cemani dikenal memiliki harga yang mahal, namun budidaya ayam cemani baru dilakukan oleh sebagian masyarakat di daerah tertentu, warna hitam tidak selamanya kelam, mungkin itu salah satu kalimat yang bisa dipakai untuk mengatakan pada Ayam Cemani. Warna Hitam pada Ayam Cemani justru menjadi pertanda cerahnya masa depan pemilik Ayam cemani. Ini bukan karena mistis atau kesaktian Ayam cemani hitam legam tersebut, tetapi karena harga Ayam Cemani yang Hitam legam sangat tinggi bisa mencapai jutaan rupiah. Tak heran jika ini menjadi keuntungan tersendiri bagi peternak ayam cemani. Sehingga banyak peternak menekuni Budidaya Ayam Cemani ini. Harga ayam cemani sangat bervariasi tergantung pada kualitasnya, kualitas Ayam cemani yang baik dinilai berdasarkan tingkat kepekatan warna hitam di seluruh tubuh, mulai dari bulu, kulit,kaki, kuku,lidah, tulang dan darahnyapun hitam. Harga ayam cemani standard berkisar antara 150 ribu hingga 500 ribu untuk ukuran dewasa, sedangkan untuk cemani super tidak ada batasnya bisa mencapai jutaan rupiah.

Kabupaten Temanggung khususnya Kedu dan sekitarnya sudah sejak lama terkenal dengan Ayam Kedu dan Cemani. Banyak peternak Cemani baik perorangan maupun kelompok membudidayakan ayam jenis ini. Selain itu ada yang memang menekuni bisnis ayam cemani ini sebagai pekerjaan pokok, tetapi lebih banyak lagi bisnis ayam cemani sebagai usaha sampingan. Tak heran jika banyak pedagang dari daerah lain mencari bibit maupun ayam cemani dewasa ke kawasan ini.

Peluang usaha budi daya ayam cemani sebenarnya cukup terbuka bagi siapa saja yang ingin menekuninya. Permintaan pasar ayam cemani cukup terbuka dan pola pemeliharaannya juga relatif mudah. Pemeliharaan ayam cemani sama dengan pemeliharaan ayam kampung biasa, bisa dibudidayakan dengan model bateray, kandang terbatas maupun dibiarkan bebas berkeliaran di luar.

Permintaan pasar akan ayam cemani dimulai dari telur, DOC, anakan ayam cemani di segala umur dan Ayam cemani dewasa dengan harga yang bervariasi. Telur ayam cemani di daerah Temanggung dihargai Rp 10.000 per butirnya, sedangkan DOC ayam cemani dibandrol harga Rp. 20.000. Anakan Ayam Cemani usia dua bulan sekitar 50 ribu rupiah per ekornya tergantung kualitasnya. Potensi pasar ini membuka peluang bagi peternak untuk memilih model peternakannya.

Tata Cara Pemeliharaan Dan Budidaya Ayam Cemani

Budidaya ayam cemani relatif mudah, hanya butuh ketelatenan saja. Ayam cemani kecil sangat rentan terhadap kematian terutama pada suhu yang rendah. Untuk mengantisipasinya pemeliharaan DOC sampai usia satu bulan ditempatkan pada kandang Box yang diberi lampu pijar. Lampu pijar akan membantu menjaga suhu ruangan tetap hangat. Pada pagi hari box anakan Ayam Cemani ditempatkan pada tempat yang terkena sinar matahari dan diletakkan pada tempat yang relatif teduh jika matahari mulai terik.

Makanan ayam cemani pada usia muda adalah konsentrat starter dengan pemberian pakan setiap kali ayam lapar, semakin banyak anakan cemani mengkonsumsi makanan semakin cepat pertumbuhannya asal jangan sampai terlalu gemuk. Setelah Usia satu bulan pakan sudah mulai dicampur dengan makanan lain seperti bekatul, nasi aking dan campuran makanan yang ada di sekitar kita. Pemberian campuran ini untuk menghemat pakan konsentrat, karena menurut pengalaman peternak ayam cemani pertumbuhan ayam cemani dengan pakan konsentrat murni dan campuran tidak ada perbedaan yang significant, dari segi ekonomis kurang menguntungkan.

Dengan bertambahnya usia ayam cemani bertambah pula ukuran tubuh dan jumlah bulu-bulunya, ayam sudah harus mulai dipindah pada kandang yang lebih luas. Pemanasan dengan lampu pijar disesuaikan dengan kebutuhan, jika suhu tidak terlalu dingin bisa ditiadakan. Kandang yang terlalu sempit akan mengganggu pertumbuhan dan membuat kandang menjadi lembab. Kandang yang lembab akan berpotensi mendatangkan bibit penyakit. Penempatan kandang hendaknya terpisah dari pemukiman dan terkena sinar matahari yang cukup terutama pada pagi hari. Karena itu pada Pola budidaya ayam cemani diusahakan kandang menghadap ke arah timur.

Pada pemeliharaan ayam cemani dewasa pemberian pakan sudah diatur satu hari dua kali, dengan makanan berupa konsentrat petelur, jagung giling , bekatul dan campuran makanan lainnya. Kandang juga sudah bukan lagi berupa box tapi berupa kandang terbatas, kandang bateray, atau dibiarkan bebas berkeliaran. Pemberian konsentrat petelur ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan jumlah telur yang dihasilkan. Telur-telur yang dihasilkan ayam cemani bisa dieramkan dengan cara natural melalui indukan cemani, indukan ayam kampung atau indukan entok. Dengan cara yang lebih modern telur ayam cemani bisa dieramkan dengan menggunakan mesin tetas, dengan masa menetas 21 hari sama dengan ayam kampung biasa. Jika tertarik, Selamat mencoba. (Galeriukm).

Sumber : http://galeriukm.web.id/unit-usaha/peternakan/peluang-usaha-budi-daya-ayam-cemani


www.blogger-kawunganten.blogspot.com

Label:



Kamis, 16 Februari 2006

Sejarah dan Khasiat Ayam Cemani,



Ayam Cemani merupakan ayam lokal asli Indonesia, yang asal-muasal sejarahnya berasal dari Pulau Jawa. Kata cemani berasal dari bahasa jawa kuno yang artinya Hitam Legam, warna hitam ini menyelimuti seluruh tubuh ayam lokal ini mulai dari jengger, pial, paruh, bola mata rongga mulut, lidah, pelatuk, bulu, sayap, ketiak, lubang dubur, siih, kaki, dan cakar.

Konon ayam cemani ini memiliki warna hitam yang sangat sempurna dengan prosentase 100 % warna keseluruhan nya hitam, bahkan sampai warna daging tulang dan darahnya semuanya berwarna hitam, warna hitam menyelimuti seluruh tubuh dari bagian luar, hingga bagian dalam/jeroannya, mulai dari tenggorokan, rongga mulut, lidah, semua nya hitam.Melihat dari kriteria dan ciri-ciri tersebut inilah yang disebut & di klaim sebagai : "Ayam Cemani Asli" atau sering juga disebut dengan julukan (Hayam Hideung) kata orang Sunda.

Dulu nya asal-muasal ayam cemani ini adalah ayam kedu hitam, yang banyak dipelihara oleh masyarakat jaman dahulu di kahuripan desa Kedu pada jaman Kerajaan Majapahit abad ke 19.

Ayam ini adalah ayam yang sangat istimewa pada jaman nya, sehingga ayam ini sangat di sukai dan menjadi piaraan atau koleksi para gegeden, raja-raja jaman dahulu kala,........... Itulah yang membuat ayam ini menjadi sangat eksklusif, memiliki nilai jual yang sangat fantastis dan sangat berharga karena mengingat dulu nya saja ayam ini banyak dikoleksi para raja dan keturunan ningrat.

Ayam Cemani berasal dari Ayam keturunan kedu hitam, yang di seleksi memiliki kemurnian warna hitam dengan ciri khas bentuk jengger tunggal bergerigi (jantan). Entah berapa generasi seleksi tersebut dilakukan demi untuk populasi dan kelestarian nya.Namun yang sangat memperihatinkan hingga saat ini populasinnya semakin berkurang dan menyusut dibandingkan populasi Ayam Cemani 100 tahun yang lalu, mengingat ayam ini sulit untuk dikembangbiakkan hingga beranak-pinak, ke regenerasi anak dan turunan nya,...

Hal inilah yang membuat Ayam Cemani ini kini menjadi semakin langka, dan sulit di dapatkan, sehingga ayam ini menjadi banyak di buru dan di cari orang, hingga saat ini hanya segelintir orang saja yang memiliki nya,...

Mengapa Ayam Cemani Banyak Diburu dan Dicari Orang,......??? Untuk Keperluan dan Kebutuhan Apakah Ayam Cemani ini,...???

1. Sebagai Pembawa Hoki
Melihat dari keistimewaan dan keunikan ayam tersebut, beberapa kriteria yang tidak dimiliki ayam lain, sehingga Ayam Cemani ini memiliki nilai dan kelas tersendiri, dengan tingkat level sangat istimewa,karena disamping sebagai untuk peliharaan pribadi atau koleksi, konon katanya dengan memelihara ayam tersebut bisa sebagai pembawa Hoki bagi pemiliknya, dan juga bisa mendatangkan banyak rejeki bagi yang memiliknya, hal ini di akui kesaksian salah seorang yang kini sudah menjadi Pengusaha Property sukses papan atas di Jakarta yang memelihara ayam tersebut.

" Alhamdulillah, setelah kami memelihara Ayam Cemani, setiap kali kami mengikuti tender selalu menang tender dan berjalan mulus, hingga kami mendapatkan beberapa proyek besar dan bisa ekspansi ke bidang bisnis lain nya dengan peningkatan Asset berkali-kali lipat. Namun semuanya itu selain karena Hoki, usaha dan kerja keras, juga berkat Do'a bantuan serta izin dan ridho Allah SWT. Padahal dulunya kami hanya seorang mandor bangunan biasa yang menangani borongan bangunan proyek-proyek kecil kelas gurem,........Namun setelah memelihara Ayam Cemani banyak perubahan yang kami dapatkan, dan mendatangkan banyak rejeki yang tidak disangka-sangka,..Alhamdulillah barokah,.....kami merasa sangat bersyukur pada Tuhan "

2.Untuk Tumbal Persyaratan Kebutuhan Ritual/Ruwat Ghaib
Ayam Cemani banyak dibutuhkan dan dicari orang untuk persyaratan tumbal kebutuhan ritual/ruwat ghaib seperti : ritual penggalian harta karun (sajen khodam) pengobatan, ruwat bangunan pabrik, gedung, mall, plaza, hotel, ruko, toko, kantor, rumah, dll, untuk ruwat penglaris dagangan di kantin, toko, kios,pasar, dll. untuk ritual/ruwat pembangunan proyek-proyek besar seperti : pembangunan jembatan, bendungan, terowongan, explorasi pertambangan, pembangunan jalan tol, terminal, bandara, pelabuhan serta proyek-proyek besar lain nya yang berhubungan dengan Alam. Selain itu Ayam Cemani biasa juga di gunakan untuk ruwat syukuran bumi, laut, gunung/kawah, ruwat memandikan benda pusaka, serta ruwat buang sial, sulit jodoh, pemikat lawan jenis bagi seseorang,...
Pada pelaksanaanya Ayam Cemani dibuat untuk tumbal atau sajen/sajian, kemudian di laksanakan ritual khusus ayam dimandikan dengan kembang 7 rupa, di bacakan mantra2 atau jampi2 khusus oleh (oran pintar) lalu disembelih untuk diambil darah dan dagingnya, setelah itu di suguhkan/dipersembahkan sebagai tumbal mahluk ghaib atau istilah nya untuk mengusir roh jahat sebagai syarat agar setiap proyek pembangunan berjalan lancar dan terhindar dari malapetaka serta marabahaya lainnya,..... tumbal tersebut sebagai penangkal dari ganguan mahluk halus, seperti kesurupan dan guna-guna lainnya,....

Menurut Ki Joko Bodo seorang Paranormal terkenal dari Jakarta mengatakan :
"Ayam Cemani memiliki Nilai Mistis dan Daya Magis yang sangat kuat, selain sebagai pembawa Hoki juga sebagai syarat tumbal atau sajen, karena daging, tulang, serta darah-nya yang berwarna hitam yang dimilikinya, sangat disukai sebagai makanan kesukaan pavorite jin, iblis, dedemit dan sebangsa nya,......Dahulu kala Ayam Cemani sering digunakan oleh para Raja, Jawara, ahli tirakat sebagai syarat sajen untuk penguasaan ilmu tertentu agar bisa tercapai ilmu kesaktian-nya.Tapi sekarang ayam nya susah dicari Mas,....Boleh dikatakan Ayam Cemani adalah Ayam termahal di dunia, malah saya sendiri juga pernah menjual sepasang Rp500juta,kepada salah seorang Pasien kami dari Singapura,untuk peliharaan koleksi sebagai pambawa Hoki "

3. Berapa Harga Jual Ayam Cemani,......???
Melihat semakin berkurang dan semakin langka nya ayam ini, dan sangat sulit dicari untuk mendapatkan nya, kerena hingga saat ini hanya segelintir orang saja yang memilikinya,...Itupun sebagian dari mereka (pemiliknya) tidak ingin menjualnya,Apalagi ayam ini semakin banyak dicari dan dibutuhkan banyak orang sebagai syarat/persyaratan untuk keperluan Hajat/kepentingan tertentu, maka Ayam Cemani memiliki harga jual selangit, sangat fantastis, dengan harga jual bervariatip, ada yang menjual dengan harga Rp50.000.000,-per/ekor sampai dengan Rp250.000.000,-per/ekor, tergantung sipemilik mau melepas harga tersebut,....

Namun setinggi apapun harga yang ditawarkan, tetap saja banyak orang yang berminat dan mampu berani membelinya, kerena sebanding dengan khasiat serta kegunaan nya, apalagi bagi orang-orang yang benar-benar sangat membutuhkan-nya, seperti orang-orang yang sedang punya hajat/kepentingan tertentu, seperti pemburu harta karun, kollektor barang2 antik,benda2 seni & pusaka, paranormal, pengusaha, pejabat, dll. Berapapun harga yang ditawarkan,........?? tetap saja mereka berani beli,.......ya, nama-nya juga ayam pembawa Hoki.

Sumber : http://pakarbisnisonline.blogspot.com/2010/03/sejarah-dan-khasiat-ayam-cemani.html


www.blogger-kawunganten.blogspot.com

Label:



Minggu, 12 Februari 2006

Ciri Ayam Cemani Kualitas Super



Ciri Ayam Cemani Kualitas Super : untuk melihat ciri ciri ayam cemani yang kuaitas nomor wahid ada beberapa kriteria untuk Yang jantan berat rata-rata 1,8 kg. Bentuk kepalanya kecil, oval memanjang mirip buah pinang. Jengger bilah berukuran sedang, tipis, bergerigi tujuh buah dan berwarna hitam legam.

Pial sepasang berukuran sedang. Cuping telinga kecil, juga berwarna hitam pekat. Paruh kecil dan panjang, sedikit melengkung ujungnya, berwarna hitam mengkilat. Lidah, langit-langit dan tenggorokannya berwarna hitam sedikit abu-abu. Mata bulat besar, berkesan tajam, berwarna hitam dan berbinar-binar. Kulit, daging dan urat pun berwarna hitam. Begitu juga tulangnya pun hitam mengkilap. Darahnya berwarna merah kehitam-hitaman.

Di seluruh bulu tak ada warna lain kecuali hitam mengkilap. Bulu hias di leher, punggung dan pinggang kecil-kecil panjang, mengkilap. Bentuk badan ramping dan tegap, dan membentuk sudut 60 derajat bila berdiri tegak. Bulu ekor pokok hampir lurus, panjang sekali hingga menyentuh tanah.

Paha dan kakinya ramping padat dan panjang, membulat. Sisik kakinya teratur rapat dan berwarna hitam mengkilap. Jari kaki sedang dan hitam pula warnanya. Telapak kakinya halus dan pada tiap ruas terdapat benjolan bundar berkulit jangat, berwarna hitam kusam.

Kuku-kukunya kecil dan panjang, melengkung, berujung runcing, serba hitam warnanya. Tajinya pun hitam legam, berukuran kecil, agak melengkung dan runcing. Sementara yang betina kurang lebih ciri-cirinya sama, namun berat rata-rata hanya 1 kg.
Menurut sejarah, sebetulnya yang bernama ayam kedu, tak melulu yang berbulu hitam. Dahulu banyak juga ayam kedu yang berwarna putih (bulu putih kapuk, paruh putih, mata bening, kaki putih), lurik skul (bulu lurik-lurik hitam dan putih), dan gondang (bulu merah kekuning-kuningan dan belang-belang hitam).

Tapi jenis yang bukan hitam tersebut sudah tak ada lagi. Mereka sengaja dimusnahkan masyarakat. Sejarahnya diawali sejak terjadi perang Clash II tahun 1949. Ketika itu Jendral Gatot Subroto sedang bergerilya di sekitar Temanggung. Dia tertarik pada ayam kedu yang berbulu hitam. Kemudian sekitar tahun 1953, ketika menjabat Panglima Kodam di Kalimantan, Jendral itu memesan ayam kedu hitam sebanyak 500 ekor untuk dikembangkan.

Dengan adanya pesan yang amat besar, terjadilah rembuk desa di antara warga. Dalam rapat tersebut diputuskan bahwa tiap warga desa hanya boleh memelihara ayam kedu yang berwarna hitam saja. Yang bukan hitam wajib dimusnahkan agar tak mengotori dan terjadi kawin campur dengan ayam cemani.

Sumber : http://pakarbisnisonline.blogspot.com/2010/05/ciri-ayam-cemani-kualitas-super.html

www.blogger-kawunganten.blogspot.com

Label:



Senin, 06 Februari 2006

Budidaya Ayam Jawa/Kampung



Sejarah ayam kampung dimulai dari generasi pertama ayam kampung yaitu dari keturunan ayam hutan merah (Gallus gallus). Jenis ayam kampung sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Kutai.Pada saat itu, ayam kampung merupakan salah satu jenis persembahan untuk kerajaan sebagai upeti dari masyarakat setempat.Keharusan menyerahkan upeti menyebabkan ayam kampung selalu diternakan oleh warga kampung dan menyebabkan ayam kampung tetap terjaga kelestariannya.Di samping itu, ayam kampung memang sesuai dengan selera masyarakat setempat.Kebiasaan beternak ayam kampung tersebutlah yang menyebabkan ayam ini mudah dijumpai di tanah air.Sampai sekarang sistem upeti dalam arti perpindahan barang (ayam kampung) dari desa ke kota masih tetap ada.Bedanya, saat ini perpindahan tersebut lebih bersifat bisnis.

Ayam kampung mempunyai banyak varietas dan spesies, beberapa di antaranya yang penting yaitu :

1. Ayam Kedu

Ayam kedu merupakan ayam lokal yang berkembang di Kabupaten Magelang dan Temanggung atau eks. Kersidenan Kedu (Jawa Tengah). Berdasarkan penampilan warnanya, ayam kedu dapat dibedakan menjadi empat jenis sebagai berikut.

a. Ayam Kedu Hitam
Ayam kedu hitam mempunyai penampilan fisik hamper hitam semua, tetapi kalau diamati secara teliti warnanya tidak terlalu hitam. Penampilan kulit pantat dan jengger masih mengandung warna kemerah-merahan. Bobot ayam kedu hitam jantan dewasa antara 2 Kg – 2,5 Kg, sedangkan yang betinanya hanya 1,5 Kg. Ayam ini sering disamakan dengan ayam cemani karena tampak serba hitam.

b. Ayam Kedu Cemani
Ayam kedu cemani memiliki penampilan sosok tubuh hitam mulus, termasuk paruh, kuku, telapak kaki, lidah, telak (langit-langit mulut), bahkan daging dan tulangnya juga hitam. Sosok tubuh ayam kedu jantan dewasa tinggi besar dan bobotnya antara 3 Kg- 3,5 Kg, sedangkan yang betina dewasa berbobot antara 2 Kg- 2,5 Kg.

c. Ayam Kedu Putih
Ayam kedu putih ditandai dengan warna bulu putih mulus, jengger dan kulit mukanya berwarna merah, sedangkan kakinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Jenggernya tegak berbentuk wilah. Bobot ayam jantan kedu putih dewasa mencapai 2,5 Kg. Sedangkan bobot ayam kedu putih betina 1,2 Kg – 1,5 Kg.

d. Ayam Kedu Merah
Ayam kedu merah ditandai dengan warna bulu hitam mulus, tetapi kulit muka dan jengger berwarna merah, sedangkan kulit badannya berwarna putih. Sosok tubuh ayam kedu merah tinggi besar dengan bobot ayam jantan dewasa 3 Kg-3,5 Kg, Sedangkan bobot ayam betina 2 Kg-2,5Kg.

2. Ayam Nunukan

Ayam nunukan disebut juga ayam Tawao. Ayam ini merupakan ayam lokal yang berkembang dipulau Tarakan, Kalimantan Timur. Ayam nunukan diperkirakan berasal dari Cina. Karakteristik ayam nunukan adalah warna bulunya merah cerah atau merah kekuning-kuningan, bulu sayap dan ekor tidak berkembang sempurna. Sementara paruh dan kakinya berwarna kuning atau putih kekuning-kuningan dengan jengger dan pial berwarna merah cerah. Jenggernya berbentuk wilah dan bergerigi delapan.

Stadium anak ayam sampai umur 45 hari cenderung berbulu kapas. Berat badan ayam nunukan jantan dewasa 3,4 Kg – 4,2 Kg, sedangkan yang betina 1,6 Kg – 1,9 Kg.

3. Ayam Pelung

Ayam pelung merupakan ayam lokal yang berkembang di Kabupaten Cianjur dan Sukabumi (Jawa Barat). Ayam pelung memiliki sosok tubuh besar dan tegap, temboloknya tampak menonjol. Kakinya panjang, kuat, dan pahanya berdaging tebal. Ayam pelung jantan memiliki Jengger berbentuk wilah yang besar, tegak, bergerigi nyata dan berwarna merah cerah. Ayam pelung betina mempunyai jengger, tetapi jengger terseebut tidak berkembang dengan baik. Ayam pelung jantan dewasa mempunyai bobot badan berkisar antara 3,5 Kg – 5,5 Kg, sedangkan yang betina 2,5 Kg – 3,5 Kg.

4. Ayam Sumatra

Ayam Sumatra merupakan ayam lokal dari Sumatra Barat. Penampilan perawakannya tegap, gagah ,tetapi ukuran tubuhnya kecil. Ayam Sumatra jantan berkepala kecil, tetapi tengkoraknya lebar. Pipinya penuh (padat), keningnya tebal, dan pialnya menggantung ke bawah. Paruh ayam Sumatra umumnya pendek dan kukuh berwarna hitam, dengan cuping kecil dan berwarna hitam . Ayam Sumatra memiliki jengger berbentuk wilah dan berwarna merah. Kulit muka juga berwarna merah atau hitam, ditumbuhi bulu halus yang jarang. Bobot ayam Sumatra jantan dewasa 2 Kg, sedangkan yang betina 1,5 Kg.

5. Ayam Balenggek

Ayam belenggek berasal dari Sumatra Barat, tepatnya dipedalaman Kabupaten Solok. Ayam ini pandai berkokok dengan suara yang merdu dan iramanya bersusun-susun, panjang sampai terdiri atas 6-12 suku kata. Semakin panjang suku katanya, semakin panjang kokoknya.

6. Ayam Gaok

Ayam gaok bersal dari madura dan Pulau Puteran, Kabupaten Sumenep. Keistimewaan ayam gaok yaitu kokoknya memiliki suara panjang yang hampir sama dengan ayam pelung yang terdapat di Cianjur (Jawa Barat). Ayam Gaok jantan dewasa memiliki bobot badan mencapai 4 Kg, sedangkan yang betina 2 - 2,5 Kg. Ayam Gaok jantan memiliki tampilan tubuh besar, tegap dan gagah. Jenggernya besar berbentuk wilah dan berwarna merah, dengan pial yang besar dan warnanya merah. Kakinya berwarna kuning . Bulunya didominasi oleh warna kuning kehijau-hijauan (wido), namun ada juga yang berwarna lain, seperti merah dan hitam.

Usaha kecil yang berkembang saat ini diantaranya adalah peternaan ayam kampung. Peluang bisnis ini cukup menjanjikan asalkan tekun dan telaten. Pangsa pasar masih terbuka lebar karena kebutuhan ayam kampung ini masih terbuka lebar khususnya dibutuhkan di warung-warung makan yang salah satu bahan konsumsinya yaitu ayam kampung. Dari berbagai alasan dan pertimbangan ayam kampung jauh lebih diminati konsumen dari pada ayam potong.

Kebutuhan ayam kampung saat ini sangatlah menggiurkan terutama dikarenakan banyak orang yang lebih memilih ayam kampung karena rasanya yang lebih gurih, selain itu ayam kampung lebih sedikit menggunakan obat-obatan saat pembesaranya. Diwilayah Yogyakarta saja kurang lebih 1000 ekor ayam kampung yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan restoran-restoran ayam goreng, gudeg, sate dan selebihnya untuk warung-warung makan lainnya.


Banyaknya kebutuhan ayam kampung itulah yang memberikan semangat untuk berwirausaha pembesaran ayam kampung pedaging. Ayam yang dibesarkan hanyalah ayam kampung biasa yang sudah banyak diternakan oleh masyarakat selama ini,hanya cara penangananya saja yang yang dibuat seolah seperti ayam pedaging. Dalam jumlah banyak ayam kampung tetap membutuhkan vitamin ayam dan juga vaksinasi untuk mencegah datangnya penyakit yang dapat menimbulkan kerugian peternak.

Perkiraan Analisis Ekonomi :

SPESIFIKASI
1. Jenis : Ayam Kampung
2. Luas Kandang : 100 m2
3. Populasi : 500 ekor
4. Masa Panen : 60 hari (sekitar 2 bulan)
5. Bobot Panen : 7,50 Kg
6. Tingkat Kematian : 5 %

INVESTASI
Sewa kandang 1 tahun untuk 4 periode Rp 1.000.000,00
Pemanas Rp 500.000,00
Peralatan makan dan minum Rp 500.000,00
Jumlah Rp 2.000.000,00

BIYAYA OPERASIONAL
DOC 500 ekor @ 4.800 Rp 2.400.000,00
Pakan ayam Boiler 15 zak @ 250.000 Rp 3.750.000,00
Obat dan vitamin Rp 50.000,00
Vaksin Rp 50.000,00
Listrik Rp 50.000,00
Penyusutan sewa kandang Rp 250.000,00
Penyusutan pemanas Rp 75.000,00
Penyusutan peralatan makan dan minum Rp 31.250,00
Tenaga kerja per ekor Rp 175.000,00
Total biaya Rp 6.831.250,00

OMZET
475 ekor x Rp 24.000,00 = Rp 11.400.000,00

LABA BERSIH
Rp 11.400.000 – Rp 6.831.250 = Rp 4.468.750,00/2 bulan

Jadi bisa diperkirakan keuntungan dari hasil usaha peternakan ayam setiap kali panen (sekitar 2 bulan) memperoleh keuntungan bersih sekitar Rp 4.468.750,00.

Sumber : http://www.infokita.web.id/2011/08/budidaya-ayam-jawakampung.html

www.blogger-kawunganten.blogspot.com

Label: , ,



Kamis, 02 Februari 2006

Ayam Hitam Cemani



Warna hitam bagi banyak orang berkesan magis dan memiliki kekuatan supra natural. Centeng Belanda atau Si Jampang, kurang berwibawa bila tak berpakaian hitam-hitam. Begitu pula makhluk yang memiliki warna hitam itu pun dianggap memiliki tuah atau kutukan. Ingat dengan kisah-kisah kucing hitam atau burung gagak? Bagaimana dengan ayam cemani yang memiliki bulu, jenger, tulang, daging, kulit, kaki dan taji serba hitam?

Ini yang menarik. Ayam cemani bukan cuma dianggap ayam keramat, namun juga ayam hias yang khas Indonesia. Memang hewan ini konon punya kemampuan menolak bala. Bagi yang mempercayainya jika memakan dagingnya bisa menyembuhkan penyakit tertentu. Kepercayaan akan hal-hal gaib itu kini masih ada di sebagian masyarakat, namun kian menipis. Kini dia lebih sebagai ayam hias yang eksotik dan diburu para hobbies lokal dan mancanegara untuk dikoleksi.

Cemani adalah kata Sanskerta untuk hitam. Jenis ayam ini awalnya disebut ayam kedu. Dalam perkembangan ayam kedu itu terjadi banyak varian yang tidak lagi memiliki warna murni hitam. Sehingga ayam kedu yang masih tetap mempertahankan kehitam legamnya disebut oleh para hobbies sebagai ayam cemani.

Asal Usul
Dari mana ia berasal? Ada beberapa dugaan, namun yang pasti dia berasal dari Kedu, Jawa Tegah. Makanya satwa ini dikenal juga sebagai ayam kedu. Satwa ini mulai naik daun ketika pertama kali tampil dalam pekan raya di Semarang tahun 1926. Pemiliknya Tjokromihardjo, lurah Desa Kalikuto, Grabak, di Magelang. Saat itu wilayah itu masih masuk dalam Karesidenan Kedu.

Menurut data, ayam kepala desa itu pernah tampil di Surabaya tahun 1924 dalam sebuah pekan raya. Saat itu ayam itu dikenal sebagai ayam yang berwarna hitam saja. Tapi kemudian panitia lomba satwa di Semarang menjuluki ayam hitam legam milik Tjokromihardjo sebagai ayam kalikuto, karena berasal dari daerah itu.
Lucunya, pemilik menolak nama itu. Lalu diusulkan sendiri agar dinamakan ayam kedu saja sebab memang berasal dari karesidenan tersebut. Usul tersebut diterima panitia maka resmilah ayam yang berasal dari Kalikuto berjuluk ayam kedu.

Genetika
Ayam kedu yang ikut dalam kontes tersebut, menurut sebuah telaah, berasal dari keturunan ayam kampung yang dibeli dari daerah Gunung Sumbing. Ayam ini cukup besar dan diduga hasil silangan liar antara ayam Inggris yang diboyong orang pada era Raffles berkuasa (1811-1816).

Kala itu, konon ada orang Inggris yang membawa dua ekor ayam betina dan seekor jantan asing, yang diduga termasuk jenis ayam ternak Dorking. Mereka dipelihara di daerah Dieng. Mungkin karena kandangnya sederhana dan kurang pengawasan, ayam-ayam itu menyeleweng dan berbaur dengan ayam kampung setempat. Dari keturunannya lebih lanjut terciptalah ayam lokal unggul. Oleh masyarakat setempat ayam ini yang disebut sebagai ayam kedu.

Sementara telaah lain menyebutkan ayam hitam milik Tjokromihardjo bukanlah asli ayam kedu. Sebab ia merupakan hasil kawin silang antara ayam kampung hasil belian dengan ayam australorp, yang penyilangannya dilakukan sendiri oleh pemiliknya.

Legenda
Tapi ada legenda yang juga sampai saat ini masih hidup di sana yakni tentang asal-muasalnya ayam kedu. Konon, kehadiran satwa ini tak disengaja. Menurut legenda sebelum lahirnya kota Temanggung, hidup seorang pertapa yang sakti mandraguna yakni Ki Ageng Makukuhan, yang hobi mengoleksi ayam serba hitam, dan hanya paruhnya yang berwarna putih.

Suatu hari, ketika sedang bertapa di sebuah kuburan keramat di wilayah Kedu, dia memperoleh wangsit untuk mengobati penyakit putra Panembahan Hargo Pikukuh yang bernama Lintang Katon, yakni diobati dengan ayam itu. Bagaimana proses selanjutnya tidak terlalu jelas, namun akhirnya penyakit yang diderita anak semata wayang itu sembuh. Oleh karena tuah yang dimiliki ayam itu akhirnya dijadikan lambang kesembuhan.

Maka tak heran bila tradisi itu kini masih hidup dan dipercaya. Ayam ini memang sering digunakan untuk hal-hal yang bersifat magis. Misalnya untuk upacara ruwatan, pembangunan pabrik, jembatan atau gedung-gedung bertingkat agar terhindar dari bencana. Tapi penggunaannya juga untuk syarat penyembuhan orang sakit.

Hampir Punah
Binatang ini di tempat asalnya kini yakni di Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, tersebar di tiga pedukuhan yakni Kahuripan, Sentono dan Beji. Menurut data, populasi ketika awal tahun 1984 tercatat sekitar 5.000 ekor, namun di akhir tahun meningkat menjadi 8.500 ekor. Jumlah ini pada tahun 1997 melorot drastis tinggal 2.000 ekor. Ini dikarenakan masyarakat setempat kurang dibekali pengetahuan sehingga ketika wabah datang, mereka tidak tahu bagaimana menangkalnya.

Pemerintah daerah setempat akhirnya mengambil inisiatif untuk mengatasi persoalan ini. Program pelestarian dicanangkan lewat pemerintah desa dengan mendirikan kelompok peternak bernama ”Makukuhan,” yang diambil dari nama pertapa sakti itu. Kelompok ini awalnya berjumlah 35 orang. Mereka memelihara ayam sekitar 1.500 ekor. Hingga sekarang peternak di sana bisa hidup layak dari ayam-ayam hitam itu.

Warna Berubah
Bulu-bulu hias yang jantan, bakal keluar ketika ayam berusia 4 bulan. Sampai pada umur 5 bulan warnanya masih hitam, namun lambat laun bermunculan warna lain. Bisa kuning, merah, merah coklat, atau kuning coklat. Saat umur 1,5 tahun bulu hiasnya berubah menjadi merah merona.

Di antara ayam kedu hitam ini, salah satu varietas dikenal sebagai ayam cemani. Inilah yang dianggap primadona ayam kedu karena segalanya serba hitam. Baik bulu, kulit, daging sampai ketulang-tulangnya hitam pekat. Ayam cemani harganya relatif mahal karena langka dan dicari orang.

Harga ayam cemani yang hitam pekat, bisa mencapai ratusan juta, namun yang biasa-biasa saja paling mahal Rp 750 ribu seekornya. Sedang yang remaja Rp 100 ribu per ekor. Pelanggan kolektor pemula lebih suka membeli yang remaja. Karena ketika dewasa, ayam berperilaku jinak. Sedang yang kolektor serius lebih suka mencari yang dewasa sebab sudah bisa diketahui kualitasnya, apakah berbulu hitam pekat atau ada variasi warna lain.

”Saya punya langganan paranormal, yang sering memesan ayam cemani untuk keperluan upacara,” lagi tutur Raharjo. Dia tidak tahu ayam itu akan diapakan oleh langganannya, yang dia tahu untuk mengobati penyakit. Dan bagaimana cara pengobatan dengan ayam cemani, dia tidak tahu pasti. Tapi kalau pun dimasak opor, ayam ini enak seperti rasa daging ayam lainnya. Anehnya, tambahnya, kuah opor menjadi berwar

Sumber : http://ayamhitamcemani.blogspot.com/


www.blogger-kawunganten.blogspot.com

Label: