Rabu, 22 Februari 2006

Menetaskan Telur Ikan Gurami



Banyak peluang usaha yang dapat dikembangkan dari Gurami. Sampai siap konsumsi (7-8 ons/ekor), ikan ini harus menjalani masa pemeliharaan selama 1,5 tahun. Masa pemeliharaan yang panjang inilah yang membuka peluang usaha seperti penetasan telur. Bisnis Gurami telah tersegmentasi. Ada petani yang menjual telur, menjual bibit, membesarkan hingga ukuran konsumsi hingga pembesaran untuk indukan.
Penetasan telur gurami merupaka peluang usaha yang cukup menguntungkan. Selain modal yang dibutuhkan tergolong kecil, lahan yang dibutuhkan pun relative jauh lebuh sempit daripada untuk pembesaran.

Harga telur gurami saat ini berkisar Rp 40-60 per butir telur. Untuk penetasan harus disiapkan tempat yang bisa berupa ember plastic, bak semen atau akuarium. Tempat penetasan tadi diisi air dengan kedalaman 15-20cm. Kemudian masukkan telur gurami dengan kepadatan 4-5 butir per cm2  luas permukaan air. Kepatan ini berdasarkan sifat telur yang mengamabang.

Setelah enam hari, telur-telur tersebut akan menetas dan telur yang tidak menetas harus segera dipindahkan agar tidak mencemari air. Sampai hari ke 12, larva gurami belum membutuhkan makanan. Setelah lewat 12 hari (dari hari bertelur) larva tersebut dipindahkan ke bak pendederan lalu diberi pakan.

Label: , , ,



Senin, 20 Februari 2006

PAKAN IKAN GURAMI YANG BAIIK



Pakan Ikan Gurame

Pemberian Pakan Ikan Gurame
"YA! SEBELUM ANDA MEMBACA ARTIKEL INI DAN MULAI MEMAHAMINYA, TENTUN NYA ANDA TIDAK INGIN MENDAPATKAN HASIL INFORMASI YANG SETENGAH-SETENGAH BUKAN?.KARNA ANDA INGIN MENDAPATKAN INFORMASI YANG LENGKAP, MAKA TERUSLAH MEMBACA! MUNGKIN ANDA MEMBACANYA SAMPAI HABIS. MPNGGO!"
Gurame termasuk ikan omnivora(pemakan segala).kebiasaan makan ikan gurame tersebut dapat berubah sesuai dengan keadaan lingkungan hidupnya atau berkorelasi dengan ketersediaan makanan.
Untuk mencukupi kebutuhan gizi ikan, pembudidaya ikan gurame biasanya memberikan pakan buatan (pellet) yang telah disesuaikan dengan kebutuhan ikan yang rata-rata antara 3-5% dari berat biomassa ikan gurame per hari. Pemberian pakan buatan dirasa serta dipandang lebih praktis dan lebih terukur dibandingkan pakan alami.


TABEL JENIS PAKAN IKAN GURAME

Klasifikasi Benih    Ketinggian Air (cm)    Jenis Pakan
Pendederan I    30 - 40    Pakan alami (zooplankton, cacing sutra atau pellet halus dan tepung ikan)
Pendederan II    40 - 50    Tepung ikan, bungkil atau remah
Pendederan III    50 - 60    Pelet remah/pellet kecil
Pendederan IV    60 - 80    Pelet dan atau daun daunan seperti daun talas, kangkung, atau ubi
Pendederan V    80 - 100    Pelet dan atau daun-daunan


pemakaian pakan buatan tenggelam yang bersumber dari hasil produksi kelompok pembudidaya menunjukkan hasil keelurtuhan yang relatif tidak berbeda dibandingkan dengan menggunakan pakan buatan apung yang bersumber dari pabrik pakan. Secara visual, ikan yang diberi pakan apung tampak berukuran lebih gemuk dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan tenggelam. Namun secara bobot, ikan yang diberi pakan berbeda tersebut relatif tidak berbeda sehingga dari bobot keelurtuhan panenan juga tidak berbeda. Sedangkan pada penanganan pasca panen (transportasi ikan dari kolam sampai pasar), terdapat perbedaan ketahanan tubuh antara ikan dengan sumber pakan yang berbeda tersebut. Ikan yang diberi pakan tenggelam relatif lebih tahan terhadap tekanan fisiologis saat transportasi dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan apung.

Label: , ,



Jumat, 10 Februari 2006

Peluang Usaha Budidaya Lele dan Gurami Saat ini



Ikan lele dan gurami merupakan komoditas ikan air tawar yang memilikibeberapa keunggulan, seperti teknologi pembenihan dan pembesarannyatelah dikuasai dan mudah diterapkan, telah berkembang di masyarakat dihampir seluruh wilayah Indonesia, bernilai ekonomis, dapat dilakukandalam skala rumah tangga sampai industri serta memiliki pasar lokalmaupun pasar ekspor yang sangat potensial.
Potensi lahan untukpengembangan budidaya ikan lele dan gurami berupa lahan darat masihsangat luas, mencapai sebesar 2,07 juta Ha dan baru dimanfaatkansebesar 361.971 Ha atau 17,47% dari total potensi tersebut.

Perkembanganproduksi ikan lele selama 5 tahun terakhir menunjukkan hasil sangatsignifikan yaitu sebesar 21,82% per tahun dari 69.386 ton pada Tahun2005 menjadi 145.099 ton pada Tahun 2009, begitu pula dengan guramiselama 5 tahun terakhir menunjukkan angka pertumbuhan sebesar 18,63%per tahun, yaitu dari 24.052 ton pada Tahun 2005 menjadi 46.452 tonpada Tahun 2009.

Proyeksi produksi ikan lele nasional selama2006-2014 sebesar 450 % atau rata-rata meningkat sebesar 35% per tahunyakni pada tahun 2010 sebesar 270.600 ton meningkat menjadi 900.000 tonpada tahun 2014. Sementara proyeksi produksi ikan gurame selama2006-2014 sebesar 127% atau rata-rata meningkat sebesar 5% per tahunyakni sebesar 40.300 ton pada tahun 2010 meningkat menjadi 48.900 tonpada tahun 2014.

Jenis ikan lele yang dibudidayakan danberkembang di wilayah Indonesia adalah lele dumbo, lele sangkuriang,lele afrika, lele piton dan lele paiton, sedangkan ikan gurami yangdibudidayakan di masyarakat umumnya gurami paris dan gurami swang.

Sentrapengembangan budidaya ikan lele tersebar di hampir seluruh Indonesia,terutama di Propinsi Sumut, Sumbar, Jambi, Lampung, Banten, Jabar,Jateng, DI Yogyakarta, Jatim dan Kalbar. Sedangkan sentra pengembanganbudidaya ikan gurami terkonsentrasi di Lampung, Sumsel, Sumbar, Jabar,Jateng, Jatim dan DI Yogyakarta.

Sumber benih ikan lele umumnyaberasal dari Propinsi Jawa Barat (Kabupaten Bekasi, Bogor, Sukabumi,Subang, Indramayu dan Cirebon), Jawa Timur (Kab.Tulung Agung, Blitar)dan dari kawasan budidaya ikan air tawar sekitarnya, sedangkan sumberbenih ikan gurami terkonsentrasi di Propinsi Jawa Tengah (Kab.Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara) dan di Propinsi Jawa Barat(Kab.Bogor, Tasikmalaya dan Ciamis) serta telah memanfaatkan sumberplasma nutfah ikan gurami di perairan umum.

Induk leleSangkuriang yang beredar di masyarakat merupakan induk unggul hasilperbaikan genetik dari BBPBAT Sukabumi, dan saat ini sedang dilakukanperekayasaan untuk menghasilkan induk lele sangkuriang generasi kedua.Untuk induk gurami, umumnya berasal dari hasil pembesaran pembudidayaberdasarkan kriteria fisik, dan saat ini sedang dilakukan pemuliaaninduk di pusat pengembangan induk (BBPBAT Sukabumi, BPBIATMuntilan-Jateng, BPPBAT Singaparna-Jabar) dalam tahap menghasilkancalon induk unggul (F0).

Budidaya ikan lele umumnya menerapkansistem monokultur di kolam tanah, bak semen, dan yang saat ini banyakberkembang adalah kolam terpal dengan padat penebaran antara 100-200ekor/m² dengan ukuran benih 7-9 cm. Bahkan budidaya ikan lele dapatdilakukan di daerah marginal (seperti di Kab.Gunung Kidul) danmemberikan hasil yang memuaskan, sehingga dimungkinkan dikembangkansecara massal. Saat ini terdapat pula kawasan pembudidayaan lele denganpola MINAKERA (Mina Kebun Rakyat) dengan pola pengembangan polikulturikan lele, gurami dan nila.

Budidaya ikan gurami umumnyadilakukan di kolam tanah secara tradisional baik monokultur maupunpolikultur dengan ikan nila dengan ratio jumlah gurami dibanding nilasebesar 3 : 1 atau dengan pola mina padi. Saat ini berkembang pulabudidaya gurami kolam dalam dengan kedalaman 3-4 meter.

Dalamusaha budidaya ikan gurami terdapat 8 segmen usaha yang telah terbuktimemperluas peluang usaha dan memberikan keuntungan bagi pembudidaya.Tetapi dari 8 segmen tersebut terdapat 2 segmen yang tidak banyakdilakukan oleh pembudidaya yaitu segmen untuk ukuran 12 dan 22 cm.

Pemberianpakan tambahan berupa pelet telah memasyarakat baik untuk budidaya lelemaupun budidaya gurami. Saat ini terdapat pembudidaya di KabupatenBanjarnegara yang menghasilkan pakan buatan untuk gurami dengankomponen bahan baku seperti ikan rucah (70%) dan bahan lain yang telahdifermentasi seperti : tepung kecambah jagung, ampas tahu, bungkilkelapa, mie (BS), roti (BS), bekatul dan ekstrak bahan alami seperti :kangkung, jahe, kunyit, bawang putih, yang menghasilkan pakan dengankandungan protein 32%, serat kasar 18% dan air 17%.

Pembuatanpakan berbahan baku lokal berupa limbah hasil pertanian (kulitkacang-kacangan, bonggol jagung) yang difermentasikan dengan penambahanbahan herbal.

Pemberian pakan tambahan berupa dedaunan seperti :daun turi, daun singkong, kleresede/cebreng, daun pepaya, lamtoro padabudidaya lele telah mulai berkembang. Demikian juga pemberian pakantambahan dedaunan pada budidaya gurami dengan jenis dedaunan bervariasiseperti daun senthe, kangkung maupun azola.

Penerapan CBIBsebagai panduan teknis untuk melakukan budidaya yang baik dan benardalam kerangka penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan belumterlaksana secara baik. Saat ini baru terdapat 11 pokdakan lele dan 10POKDAKAN gurami yang telah memperoleh Sertifikat CBIB.

Jaringanpasar telur dan benih gurami telah terbentuk, dengan sentra produsentelur gurami di Banyumas, Banjarnegara, Bogor dan Tasikmalaya denganwilayah distribusi meliputi : Kab. Blitar, Tulung Agung, Pantai UtaraJawa (Cirebon, Indramayu), Nganjuk, Klaten, Sragen, dan DI Yogyakarta,Kalsel, Kalbar, Lampung dan Jambi. Bahkan, diperoleh informasi adanyaekspor benih gurami dari Sumbar, Riau ke Malaysia.

Jaringanpasar ikan lele konsumsi sejak Tahun 2008 sampai pertengahan Tahun 2010telah diekspor dari Propinsi Jawa Timur yaitu 523,9 ton pada Tahun2008, 337,3 ton pada Tahun 2009, dan 462,6 ton pada Tahun 2010 (smp blnAgustus), dengan negara tujuan ekspor Cina,Vietnam, Korea dan UniEropa. Sementara jaringan pasar ikan gurami konsumsi banyak terdapat diJakarta yaitu sebesar 22,5 ton/hari dengan pasar utamanya adalahrestoran dan swalayan.

Diversifikasi produk olahan khususnyauntuk lele olahan sudah mulai berkembang, terbukti telah banyakindustri rumah tangga yang telah menghasilkan produk seperti : abon,nugget, keripik kulit, tulang dan sirip, sale/asap, bakso, danlain-lain.

Source : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

Label: , , ,