Kamis, 23 Februari 2006

Sangkar Burung



A. Sangkar: Umum
1. Bahan rangka sangkar burung bisa dari bambu, kayu, rotan, logam dan plastik. Bahan jeruji bisa dari bambu atau logam/kawat baja.
Untuk sangkar dari logam dikhususkan untuk burung-burung paruh bengkok dengan paruh tajam dan kuat serta suka mengerat. Keunggulan bahan logam adalah mudah dibersihkan dan kuat. Kelemahannya mudah berkarat jika terkena air dan udara dengan kadar garam tinggi. Selain itu perlu diwaspadai adanya beberapa jenis logam yang beracun.
Berikut ini beberapa jenis logam dan sifat racunnya:
Berbagai kasus burung yang keracunan logam dilaporkan dalam Journal of Avian Medicine & Surgery, sebagaimana ditulis di multiscope (Hot Spot for Birds). Sekadar untuk pengetahuan Anda, berikut ini sejumlah logam yang berbahaya dan tidak berbahaya bagi burung, yang biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan sangkar, wadah air dan pakan, kandang dan sebagainya:
1. Kuningan
Kuningan merupakan logam campuran antara tembaga dan seng. Kedua logam ini berpotensi membuat burung keracunan.
Jika ada kuningan pada sangkar burung-burung kecil barangkali tidak masalah karena mereka tidak mungkin bisa mematuki logam itu sampai mengelupas. Tetapi untuk burung berparuh kuat, seperti lovebird, nuri, betet dan sebagainya, maka logam ini bisa mereka gerogoti. Maka hindarkan kuningan dari mereka.
Journal of Avian Medicine & Surgery melaporkan adanya burung makau yang hampir mati karena keracunan seng. Pasalnya dia mengunyah-ngunyah tiga gerendel kuningan dan juga menggerogoti kandang kawat krom (krom juga mengandung seng).
2. Timah
Timah juga sangat beracun untuk burung. Termasuk barang yang mengandung timah ini antara lain adalah tutup kaleng, bandul pancing, pemberat korden, koil tutup sampanye, timah pateri, koil soldir, lempengan dalam batu baterai, sejumlah mainan anak dan lain sebagainya.
3. Tembaga
Tembaga juga berpotensi meracuni burung walaupun kadar racun dari logam ini sangat sedikit. Makanan yang mengandung asam yang disimpan dalam wadah tembaga bisa jadi terkontaminasi tembaga. Demikian pula saluran atau wadah air yang terbuat dari tembaga, berpotensi mencemari air yang mengalir atau berada di dalamnya. Kalau mau menggunakan wadah tembaga untuk burung, sebaiknya masukkan air ke dalamnya tidak dalam kondisi panas. Tuangkan jika sudah dingin baru diberikan ke burung. Dan bukan didinginkan di dalam wadah tersebut.
4. Kawat (yang non-galvanil), baja serta besi (yang tidak dilapisi cat anti karat) tidak beracun untuk burung.
5. Seng
Seng sangat beracun untuk burung. Termasuk di sini adalah kandang burung atau ram yang terbuat dari galvanil, klip atau steples, kunci-kunci mainan anak, paku, pipa ledeng, krom, beberapa cat anti karat, dan beberapa wadah shampo atau wadah kosmetika.

2. Ukuran sangkar
Besarnya sangkar burung perlu disesuaikan dengan ukuran burung, jenis burung dan gaya atau gerak mereka ketika berkicau.
  • Ukuran burung besar atau ekor panjang (cucakrowo, murai batu, poksai dan sejenisnya) bisa menggunakan sangkar bulat atau kotak dengan ukuran lebar atau panjang atau kalau bulat dengan diameter sekitar 50 cm setinggi 60 – 75 cm.
  • Ukuran menengah: anis merah, anis kembang, cendet, dan burung lain seukuran; bisa menggunakan sangkar bulat atau kotak dengan lebar atau panjang 30-35 cm setinggi 50 cm.
  • Ukuran kecil: ciblek, prenjak, sulingan/tledekan, kolibri dan burung lain seukuran; bisa menggunakan sangkar bulat atau kotak dengan lebar atau panjang 20-30 cm setinggi 40 cm.
  • Ukuran khusus: kenari, branjangan. Untuk kenari, agar memberi performa yang bagus, gunakan sangkar ukuran burung menengah dengan dua atau tiga tangkringan.

3. Jarak antar jeruji: jarak antar jeruiji disesuaikan dengan ukuran kepala burung dengan standard kepala burung tidak bisa keluar lewat sela-selanya. Untuk burung-burung bakalan yang masih giras, gunakan jeruji yang relatif rapat dengan ukuran lebih sempit dibanding lebar pangkal paruh burung. Dengan demikian jika burung nabrak sangkar, paruh tidak keluar dan pangkal paruh tidak terluka.
4. Bentuk dan ukuran pintu
Pintu masuk dibuat cukup lebar sehingga tangan orang bisa masuk. Buat posisi pintu di tengah dan bukan di bawah agar memudahkan kita ketika mau menggapai wadah pakan dan juga memudahkan kita memindah burung ke karamba dengan cara menempelkan berhadap-hadapan pntiu sangkar dan pintu karamba. Usahakan pintu bisa menutup sendiri setelah kita buka agar burung tidak lepas jika kita lupa menutup pintu.

5. Tangkringan/ tenggeran
Tenggeran ideal terbuat dari kayu keras dan permukaan kasar tetapi tidak tajam, misalnya kayu asam dan bukan kayu yang halus permukaannya seperti kayu jambu biji misalnya. Diameter ideal adalah kaki burung bisa mencengkeram kira-kira 2/3 bagian lingkar tenggeran.
Jumlah tenggeran bisa satu, dua atau tiga. Sementara khusus branjangan bisa menggunakan sangkar bulat dengan ukuran diameter 35-30 cm sepanjang 75 – 100 cm dengan tangkringan khusus terbuat dari batu apung.
Tips tenggeran atau tangkringan
Tidak ada ukuran pasti bahkan untuk burung yang sama jenisnya karena diameter tangkringan atau tenggeran itu masalah kebiasaan. Untuk mengukurnya (kalau itu burung baru kita dapat dan kita tidak tahu persis ukuran kebiasaaanya), maka pada kali pertama kita menyangkarkan, beri beberapa tangkringan sementara (bisa 4 sampai 5) dengan diameter yang berbeda:
Tangkringan 1:  Berdiameter setengah dari panjang ujung jari depan terpanjang sampai ujung jari belakang.
Tangkringan 2:  Berdiameter 2 mm lebih lebar ketimbang tangkringan 1
Dan begitu seterusnya sampai tangkringan ke-5.
Catatan: Pakan dan air jangan ditaruh di ujung/dekat salah satu tangkringan tetapi diletakkan mepet dasar sangkar.
Luangkan waktu barang 2-3 jam (nggak usah melotot terus menerus tetapi sambil beraktivitas lainnya) dan perhatikan, mana tangkringan yang paling banyak dihinggapi si burung. Nah, kira-kira itulah diameter tangkringan yang ideal untuk burung Anda itu.

Berikut ini beberapa bentuk sangkar dan posisi tenggeran:
Tangkringan dan sangkar burung memiliki beragam bentuk. Semua itu dibuat sesuai tujuan dan jenis burungnya.
Berikut ini beberapa gambar sangkar dan tangkringan di dalamnya, serta apa manfaatnya:
sangkar11
Gambar A adalah sangkar bulat dengan diameter beragam, mulai 40 sampai dengan 60 cm atau lebih. Tangkringan model itu digunakan untuk burung berekor panjang (murai batu misalnya), dengan tujuan agar ekor MB tidak rusak ketika MB tidur. MB tidur biasanya mencari tangkringan tertinggi dan mepet di ujung tangkringan. Dengan tangkringan model itu, maka ekor burung tidak menempel sangkar.
Sama fungsinya dengan Gambar A adalah sangkar Gambar C. Hanya saja ini menggunakan tangkringan model “T”. Kalau Gambar A, tangkringan bagian atas dihubungkan ke sangkar/kerangka sangkar dengan kawat (biasanya kuningan agar tidak mudah berkarat).
Sedangkan sangkar Gambar B menggunakan tangkringan model susun silang. Tangkringan ini berisiko merusakkan ekor burung ketika tidur. Tangkringan model ini biasanya digunakan untuk MB yang kalau sedang tarung bergaya geser kanan-kiri tubuh. Kalau MB model tarung seperti itu diberi tangkringan model T, dia akan banyak naik turun dari tangkringan kepala “T” ke tangkringan panjang (tempat dudukan tangkringan “T”).
sangkar2
Sangkar Gambar D digunakan untuk sangkar harian burung2 kcil seperti kenari ciblek dan lain-lain. Tetapi tangkringan model ini tidak disarankan karena ekor burung mudah rusak.
Sangkar Gambar E biasanya untuk kenari, kacer dan sebagainya. Tangkringan model ini ditujukan untuk burung yang berdasar gayanya sering bermain naik-turun dari satu tangkringan bawah ke tangkringan atas dan sebaliknya.
sangkar3
Gambar sangkar F dan G juga mempunyai fungsi yang hampir sama dengan sangkar Gambar E.
sangkar4
Sedangkan sangkar Gambar H mempunyai fungsi yang sama dengan sangkar Gambar A yakni agar ekor burung tidak rusak karena menempel jeruji sangkar. Ini biasanya digunakan untuk tangkringan Anis Merah atau Anis Kembang. Sedangkan sangkar Gambar I biasanya untuk pentet, kenari, atau sulingan yang suka nangkring di tempat sempit. Tetapi tangkringan model ini tidak dianjurkan untuk digunakan.
Masih banyak lagi model sangkar dan tangkringannya, tetapi sementara saya sampaikan itu dulu yakni model tangkringan yang umumnya dipakai para penghobi burung.
Tentu ini lain dengan model tangkringan burung paruh bengkok/LB yang biasanya juga diberi main-mainan dll.

6. Wadah pakan dan air gunakan cepuk wadah pakan yang biasa dijual di pasaran atau bisa membuat khusus dengan bahan plastik, tempurung, logam, gerabah dan lainnya. Sebelum digunaan cuci bersih dan pastikan pinggiran-pinggiran cepuk diambril sehingga tidak ada bagian yang tajam.
7. Tempat mandi, bisa menggunakan bak karamba khusus dan bisa pula gunakan cepuk wadah pakan yang besar sehingga burung bisa mandi di dalamnya.
8. Gantungan sangkar
Gantungkan burung di tempat yang tidak bisa dicapai hewan predator seperti kucing atau tikus. Dengan demikian sangkar perlu ada gantungannya. Buat gantungan yang kokoh, tidak mudah cepat dan jebol. Untuk menguji kekokohan sangkar, bisa dicoba tarik sekuat mungkin tetapi terukur. Dari percobaan itu Anda akan tahu apakah gantungan sangkar sudah kokoh atau belum.

9. Alas sangkar
Gunakan alas bentuk laci yang mudah ditarik keluar, tetapi diberi pengait agar tidak mudah terlepas dengan sendirinya. Jarak antara alas dengan jeruji dasar usahakan sehingga burung tidak bisa menggapai makanan yang jatuh terserpih ke alas sangkar. Hal ini untuk menghindari burung mengambil makanan yang kotor. Dengan demikian, buat juga jeruji dasar sangkar dengan jarak yang relatif rapat sehingga kepala burung tidak bisa menerobosnya.
10. Kandang umbaran
Kalau memang merasa perlu menggunakan kandang umbaran, bisa gunakan kandang umbaran ukuran panjang/lebar 1 meter panjang 2-3 meter tergantung kondisi tempat tinggal kita. Lakukan pengumbaran tanpa perlu menggoda burung untuk terbang-terbang.

11. Tips penggunaan kerodong.
  • Gunakan kerodong yang pas tepat menempel di dinding sangkar sehingga kalau burung ngelabak, paruh tidak melewati jeruji dan terluka.
  • Jangan langsung mengerodong burung yang baru saja diturunkan dari jemuran. Burung perlu diangin-anginkan dulu di tempat sejuk.
  • Gunakan kerodong warna netral. Atau bisa saja Anda menggunakan kerodong warna gelap untuk malam hari dan terang untuk siang hari. Warna gelap menyerap panas sehingga kondisi sangkar hangat. Warna terang memantulkan sinar sehingga membuat kondisi dalam sangkar relatif lebih dingin ketimbang menggunakan kerodong warna gelap.
12. Sangkar karantina
Kita perlu memiliki sangkar khusus untuk siap sedia jika suatu ketika kita perlu mengarantina burung sakit atau burung baru.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan sangkar karantina:
  • Ukuran 100 x 50 x 30 cm
  • Dinding terbuat dari kawat kasa atau kawat ram nyamuk.
  • Beri lampu 25-40 watt untuk penghangat dan penerangan.
  • Jauhkan tempat pakan dan minum dari lampu.
  • Lantai dibuat dengan model laci sehingga mudah pembuangan kotoran burungnya.
  • Penempatan terpisah dari sangkar burung lain.

B. Menjaga kebersihan sangkar
  • 1. Cuci hama untuk sangkar baru dan lama
  • Sebelum digunakan, sangkar baru, baik yang dicat maupun tidak, perlu dicuci bersih menggunakan deterjen. Sangkar juga harus dipastikan tidak berbau cat atau vernis. Jika masih berbau, tunggu sampai beberapa hari dengan dicuci dan dijemur tiap hari agar hilang baunya. Untuk memantapkan sangkar bebas hama, semprot seluruh permukaan dengan antiseptic yang aman untuk burung. Dalam hal ini direkomendasikan menggunakan FreshAves yang terbukti aman jika tidak sengaja terkonsumsi oleh burung. Pencucihamaan sangkar haris dilakukan rutin minimal sebulan sekali.
  • 2. Cuci setiap hari
  • Usahakan sangkar dicuci setiap hari ketika burung dikaramba.

C. Menjaga kebersihan wadah pakan dan minum
Wadah pakan dan minum burung juga harus selalu dibersihkan sehingga tidak menjadi tempat tumbuhnya parasit dan jamur.
D. Pembuatan sangkar dan tangkringan khusus untuk terapi khusus:
Kadang-kadang kita perlu sangkar atau model tangkringan khusus untuk tujuan khusus. Saya pernah punya kenari yang selalu nglabrak-nglabrak jeruji kalau pas ditandingkan. Dan begitu nabrak jeruji, langsung terjun. Naik lagi, nglabrak lagi, begitu terus sambil bunyi. Berbagai treatment pakan saya coba, tidak berhasil. Treatment kawinkan untuk mengurangi birahi juga saya coba, tidak juga berhasil.
Dan berhasilnya, saya treatment tangkringan . Kalau biasanya tangkringan kenari hanya dua, atas-bawah sejajar dengan posisi saling menyamping, maka saya bikin tangkringan 8 biji (kali pertama ditertawain teman). 4 tangkringan bawah, saya susun masing-masing sejajar dengan jeruji, dengan jarak masing2 dari jeruji sekitar 7 cm.
Tangkringan atas posisi sama dengan tangkringan lapis bawah. Nah, ketika tarung di tangkringan lapisan bawah, kenari itu bergerak menyusuri tangkringan , muter ke semua sisi. Begitu loncat ke atas, gayanya sama persis, memutar ke semua sisi seakan menantang semua kenari di sekitarnya. Dan… kenari itu tidak pernah lagi nabrak jeruji (dalam arti bunyi sambil kaki mencengkeram jeruji2).
Mengapa? Ternyata, ketika dia menggacor dan paruh sudah nempel jeruji (karena jarak terjauh tangkringan ke jeruji hanya sekitar 7 cm yang tidak memungkinkan kenari untuk lebih maju lagi), maka itulah posisi yang dia angap ideal. Artinya, dia tidak perlu mencengkeram jeruji untuk bisa “mendamprat” lawan pada posisi yang “paling dekat” dengan lawan.
Anda pasti sering melihat kenari bunyi ke arah posisi lawan (luar) sambil menjatuhkan badan ke dasar sangkar lalu balik lagi ke atas, dan begitu lagi. Coba saja tidak ada tempat bagi dia untuk “menjatuhkan diri” ke depan karena dengan jeruji sudah “mepet”, maka dia tidak akan pernah lagi bergaya “jatuhan”.
Berdasar pengalaman itu, dan pengalaman yang sama berikutnya, maka saya bisa mengatakan bahwa treatment ini 90% akurat untuk mengatasi kenari yang terlampau “ganas” dan punya “gaya jatuhan” ketika tarung. Bisa dicoba.

E. Tips agar burung tidak lepas
  • Perhatikan cantelan sangkar. Periksa apakah mur/bautnya benar2 sudah kencang. Selalu cek, setiap hari sebab kadang kalau mur/baut kendor, maka ketika ketiup angin, sangkar bergerak-gerak, goyang, memutar, maka sangkar bisa lepas dari cantelannya. . . . Blam. . . burung lepas. . .
  • Perhatikan pula gantungan pada gantangan yang kita pakai. Kalau menggunakan paku, apa benar pakunya nancap kencang; tidak karatan; tidak aus. Perhatikan dudukan gantungan; kalau kayu, bambu dan sebagainya, apa tidak lapuk; tidak keropos dsb. 3. Usahan menggantungkan sangkar dengan menyantelkannya pakai tangan langsung; kalau tinggi pakai alat bantu kursi yang kokoh berdiri. Kalau terpaksa pakai tongkat yang berpaku/berkawat melengkung maka perhatikan keseimbangan beban sangkar; juga kekuatan sangkar. Jika tidak seimbang berisiko sangkar memutar saat diangkat ke arah gantangan. Jika kerangka sangkar tidak kuat, juga berisiko patah dan sangkar jatuh berdebam. . .
  • Buat pintu sangkar dengan engsel (kebanyakan model gesekan naik turun) yang selicin mungkin. Dengan demikian, meskipun pintu tidak diberi beban (kalau diberi, lebih bagus sebagaimana saran Pak Fortuna), dia akan otomatis geser ke bawah; nutup. Pintu juga perlu diberi kancingan sehingga tidak berisiko terbuka saat kita membuka/mengangkat kerodong. 5. Usahakan penutup sangkar bagian bawah (yang berupa jeruji maupun yang berupa lembaran papan/tripleks/seng) bisa dikancingkan (dan selalu dikancingkan seusai sangkar dibersihkan), sehingga kalau sangkar dalam kondisi miring, penutup tersebut tidak membuka sendiri.
  • Tidak memberi/mengganti makan-minum secara langsung ketika burung masih di sangkar; usahakan burung sudah dimasukkan karamba. Kalau terpaksa, maka lakukan itu di ruang tertutup atau usahakan tangan kiri (kanan) menjaga pintu bagian bawah yang terbuka ketika tangan kanan (kiri) masuk sangkar. Hal ini terutama perlu diperhatkkan untuk sangkar2 model bulat dimana bukaan pintu sampai di dekat dasar sangkar dan sangat rawan diterobos burung.
  • Selain sangkar, perhatikan pula karamba Anda. Apakah pintunya bisa melorot sendiri begitu kita lepaskan atau masih terlalu seret sehingga perlu ditekan. Usahakan bisa licin dan menutup sendiri.
  • Sediakan selalu semprotan yang didalamnya sudah ada cairan sabun/sampho (sebagaimana juga disarankan Mbak Dwi) untuk menyemprot burung yang lepas. Dan sekadar cerita saja: karena pengetahuan ini, saya pernah menangkapkan burung AK-nya Mas Samino, teman penangkar Solo, dua ekor sekaligus (sepasang) dalam waktu yang relatif cepat. Dan berkat itu. . . hehehehehe. . . . saya dapat MB anakan dengan harga diskon besara2an. . . . Cara itu biasanya memang efektif untuk burung yang sudah mapan/jinak.
  • Sediakan juga pulut/getah bendo atau getah nangka (yang bagus getah bendo skarena lengketnya luar biasa tetapi mudah dibersihkan dari bulu burung) seperti disarankan Pak Fortuna. Sediaan pulut, tentu saja sekalian dengan tongkat yang kecil, panjang dan ringan, yang bisa menjangkau ketinggian atap rumah/pepohonan. Caranya, rekatkan pulut ke separuh bagian lidi yang diikatkan di ujung tongkat. Lekatkan jangkrik (tidak mutlak) ke bagian tengah lidi; sorongkan ke arah si burung secara perlahan2 (ini biasanya juga hanya efektif untuk burung yang sudah mapan/jinak).
  • Lebih dari itu, jangan terlalu PD akan kondisi sangkar kita sebelum kita benar2 mengeceknya setiap hari; setiap saat.

Label: ,